kemudian merupalah aku seringan daun
dilentingkan angin timur
mungkin jauh,
tapi semoga sampai
pada kerimbunan yang mengistirahkanmu
sebuah isyarat istirahat yang mudah
kemudian merupalah aku seringan daun
dilentingkan angin timur
mungkin jauh,
tapi semoga sampai
pada kerimbunan yang mengistirahkanmu
Sebenarnya aku hanya ingin mengirimkan warna warna matahari yang diperangkap lokan lokan di lubuk, tapi aku cuma beku melihatmu menangkapi kerapu kerapu kecil yang berenang renang mengeruhkan dangkalan waktu (ku)
Lalu hanya ada batu kali, tidak terserak lokan lokan, tidak terperangkap selain warna warna kepunyaan malam. Seperti mimpi aku mendengarmu : “ Ssshh, tidak apaapa.. tidak apaapa.. lihat ke bulan saja.”
280907
16.17
siang tadi, aku titipkan guguran bunga jambu pada perlawatan angin (bila, ia sampai dan berjatuhan dirambutmu?) lalu pulanglah ia dengan kekaburan yang sama, hidup tak lagi punya tanda, katanya.
Suatu hari kau lewati pintu yang nampak seperti tanda seru atau yang padanya bergantung tanda kabung, kau tau siapa disebaliknya, dengan bunga jambu yang telah jadi coklat tua. Begitulah kesunyian diselesaikan.
Pada sebuah pekuburan angin aku duduk
Sehembusan lagi mati sore ini
Kuziarahi dengan kertas kertas dari buku cerita tentang danau dan burung manyar
Biarkan jam dinding itu tetap terbalik agar aku tak malas menanyakan waktu pada jarum bunga tapak dara
Meniupnya membantuku merasakanmu
Akan kudermakan lagi ratusan halaman Para Priyayi
Sepagian besok akan banyak yang mati
Maka pada sebuah pekuburan angin aku (selalu ) kembali
040907
1931