ketika kau menekuri semburat siang yang kalah
mangkat dalam searakan mendung tak terarah
percayalah,
padaku ada awan basah yg menggerimiskan hujan dengan ragu ragu
akupun mengalah untuk tersesat
pada keteringatan akan potongan bulan yang kau bilang seperti semangka
persinggahan persinggahan tanpa air dan mukena
bayangan warung warung dan lampunya yang lelah jatuh pada riak kali yang dangkal lalu cuma jadi kilau kilau samar mengalir entah
ke hilir yang mana
padanya ada keruh
dengan enggan disembunyikan malam
maka tinggal menunggu waktu di mana kita akan lupa pada
bau sisa kembang api yang tak kentara
di sudut yang bukan kepunyaan siapa siapa
pun hanya risau, gerimis berubah menjadi desau
pun hanya resah, dan hujanpun gerah
dengar : ada yang harus menunggu gelap
hanya untuk jadi sedikit terlihat indah
sebagai bukan sampah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar