ia bisu,
seperti waktu
diberati belenggu di kaki,
memaksa melihat kepada langit
menahan payung dari amuk angin barat
demi nyala bulan kembar tiga di tangan kanannya
perempuan pasi dengan senyum sempurna
perempuan masai dengan duka tanpa purna
ia luka,
seperti waktu
: mencintai batu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
12 komentar:
seperti waktu
kekal, selalu ?
@ bang iwan :
ya, bang Iwan :), seperti waktu.
Aku perhatikan sajak-sajakmu belum juga beranjak dari tema-tema personal yang meski sungguh menawan dalam bentuk namun masih suwung karep selain "nguda rasa". Meski begitu, teruslah menulis. Siapa tahu, suatu hari kelak, lahir sajak-sajak yang lebih dewasa. Dan, tentu saja, memungkinkanmu tercatat sebagai salah satu wanita penyair di Semarang. Cobalah berkirim sajak ke media massa.
@ anonim :
terimakasih, sangat terimakasih.. :)
hanyut aku membacamu...
@ handry tm :
sangat terimakasih sudah sedia singgah di sini :)
wauw!! hehe..gw penggemar rasa. Ada rasa lain di puisi mu, yang bikin lidah gw sedikit beda hari ini. thanks ya..
eiy, puisinya keren...
salam kenal ;p
@ ka-el :
hai, penggemar rasa. puisi apa benar bisa kau kecap kecap di lidah ?
salam kenal :)
@ rnit :
eiy, rnit,
salam kenal juga :)
@ ka-el :
hai, penggemar rasa. puisi apa benar bisa kau kecap kecap di lidah ?
salam kenal :)
@ rnit :
eiy, rnit,
salam kenal juga :)
diobati dong lukanya..
dalam nie puisinya
@ cah pesisiran :
oh ya ?
dalem ? hmm....
Posting Komentar