kau lukis dua batang rokok di kegelapan
pada kanvas yang tidak rata
kau saput garis tipis dan warna pucat
: sebab ini benar cinta
meski bagi mereka nampak sekelabu muslihat
ucapmu di salah satu percakapan kita
pada sebuah hari yang nyaris tak bersemburat
benarkah itu kita yang kulihat di sana ?
selalu terbakar namun namun tak pernah berkurang habis meski barang se-inchi - dua saja ?
kenapa masih bertanya ?
tukasmu sederhana
aku diam -tanpa pernah sempat paham-
: entah kita dikutuk atau apa,
tapi mengapa bahagia ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
boleh minta rokoknya?
aih dah hampir sadomasokisme? apa emang udah? hehe:)
@ doa di putik kamboja :
ah, parah banget sampai ke dis-order begitu. nggak lah.. :)
Apakah ini soal mendapat kebahagiaan dari sebuah rasa sakit/tersiksa?
@ kidd :
kadang ketersiksaan itu cuma masalah sudut pandang :)
rokokku habis..sik tak tumbas nang warung sebelah sik..
Posting Komentar