aku menemukan setapak yang hilang pada angin ribut di matamu
belokan dan persimpangannya sengkarut benar!
habisi saja aku lewat televisi yang kau pukuli setiap hari
serapah yang memekakkan semua lubang
-kebencian yang kau unduh dari kolong tanpa bayangbayang-
lalu aku akan kembali pada gambargambar hitam putih dan pensil tumpul
bersimpul mati dengan tungku dan timba
bersama batubatu di belakang rumah menyambit awan awan rendah
biar!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar