Minggu, 30 September 2007

(siang terik di jalan menteri supeno)

kemudian merupalah aku seringan daun

dilentingkan angin timur

mungkin jauh,

tapi semoga sampai

pada kerimbunan yang mengistirahkanmu


Sabtu, 29 September 2007

lihat ke bulan saja

Sebenarnya aku hanya ingin mengirimkan warna warna matahari yang diperangkap lokan lokan di lubuk, tapi aku cuma beku melihatmu menangkapi kerapu kerapu kecil yang berenang renang mengeruhkan dangkalan waktu (ku)

Lalu hanya ada batu kali, tidak terserak lokan lokan, tidak terperangkap selain warna warna kepunyaan malam. Seperti mimpi aku mendengarmu : “ Ssshh, tidak apaapa.. tidak apaapa.. lihat ke bulan saja.”

280907

16.17

Senin, 17 September 2007

perlawatan angin

siang tadi, aku titipkan guguran bunga jambu pada perlawatan angin (bila, ia sampai dan berjatuhan dirambutmu?) lalu pulanglah ia dengan kekaburan yang sama, hidup tak lagi punya tanda, katanya.

Suatu hari kau lewati pintu yang nampak seperti tanda seru atau yang padanya bergantung tanda kabung, kau tau siapa disebaliknya, dengan bunga jambu yang telah jadi coklat tua. Begitulah kesunyian diselesaikan.

Rabu, 05 September 2007

perkabungan angin

Pada sebuah pekuburan angin aku duduk

Sehembusan lagi mati sore ini

Kuziarahi dengan kertas kertas dari buku cerita tentang danau dan burung manyar

Biarkan jam dinding itu tetap terbalik agar aku tak malas menanyakan waktu pada jarum bunga tapak dara

Meniupnya membantuku merasakanmu

Akan kudermakan lagi ratusan halaman Para Priyayi

Sepagian besok akan banyak yang mati

Maka pada sebuah pekuburan angin aku (selalu ) kembali

040907

1931