Selasa, 15 Desember 2009

antibiotik.

pelanpelan kita mulai hapal
pada lorong yg tak pernah cukup terang dengan bangku bangku tunggu panjang
juga pada macam macam jenis nyeri dan rasa putus asa
yang lekat di lantai, di dinding, di wajah wajah pias
sengaja cuma kutinggalkan sebuah pertanyaan untukmu
: tahukah kau, kalau semua terapis itu mempunyai bau yang sama?
dan aku tersenyum membayangkan engkau kemudian berlari pergi sambil memekik
“Kau! Kau bau antibiotik!!”

Selasa, 11 Agustus 2009

namanya kesunyian.

kusebut ia kesunyian.

setelah mengantarku
dan meninggalkan sebuah kecupan di kening
ia berbalik untuk menjemput yang selainku
: kau, mungkin?

Rabu, 15 April 2009

mata badai

serupa udara
jatuh cinta pada ketinggian yang sempurna

: mata badailah Kita

Rabu, 18 Maret 2009

bukan rindu

tak pernah lebih dari sedetik dua kita bersitatap
selalu lebih dari cukup untuk menyepakati jarak
kau tanam batubatu di seluruh rumah
beberapa tumbuh di telinga dan kau kunci di belakang lidah
ada api
pada tiap kata yang kau pilih

di luar segalamu yang tak berpintu
aku duduk memeluk kotak tissue

Kamis, 05 Maret 2009

orang orang bertudung payung

"Jangan bernapas dengan udaraku!"

Kau dengar kami saling meneriaki pagi ini?
Hatihati,
setiap orang menyimpan angin celaka
yang selalu berpusing tak jauh-jauh dari kepalanya
Masingmasing menutupinya dengan payung warna warni
Payungpayung yang selalu terkembang semarak dan ceria.
Yang namun di pangkal tangkainya akan kau temu
Bukubuku jemari kami biru kaku
: tangantangan yang mengepal mati

Ah, tapi kami suka tangan kami,
Dengan jemari terkunci seperti ini
Tak perlu bersalam selamat datang atau melambai untuk bermacam kepulangan
Cukup menggenggam tangkai payung masingmasing kuatkuat,
Dan kami akan selamat.
Asal tidak lupa naik bis kota dengan kaki kanan dan turun dengan kaki kiri
Sungguh kami tak perlu mengkuatirkan apaapa lagi.
Termasuk mengkuatirkan cinta seperti katamu
Siasia saja
Dia sudah gantung diri di menara kota dengan seluruh kabel listrik yang kami punya
Kota jadi mati lampu sejak itu
Tapi tak apalah kita bergelapgelap sedikit,
Kau tak keberatan bukan?

Nah, kalau begitu segera pilih payungmu sendiri,
Berdiri agak jauhjauh dari kami
Setelah itu, kita sepakat untuk tidak saling peduli
Jangan ada pertanyaan lagi
Atau lipat saja payungmu dan pergi.

Sabtu, 07 Februari 2009

untuk debu

bulan tak pernah selamat sampai subuh.
cuaca sedang sulit, katanya.

gambargambar jatuh.
angin berkesiur tajam tibatiba.

sampai di lantai keduanya mati bersama.
siapa itu, mengunci mereka di laci kedap udara.

aku memecah diri lebih renik dari debu

: menjadi hantu.

Minggu, 18 Januari 2009

two cigarets in the dark

kau lukis dua batang rokok di kegelapan

pada kanvas yang tidak rata
kau saput garis tipis dan warna pucat

: sebab ini benar cinta
meski bagi mereka nampak sekelabu muslihat

ucapmu di salah satu percakapan kita
pada sebuah hari yang nyaris tak bersemburat

benarkah itu kita yang kulihat di sana ?
selalu terbakar namun namun tak pernah berkurang habis meski barang se-inchi - dua saja ?

kenapa masih bertanya ?
tukasmu sederhana

aku diam -tanpa pernah sempat paham-
: entah kita dikutuk atau apa,
tapi mengapa bahagia ?

di jembatan penyeberangan

kembali,
aku melihatnya di jembatan penyeberangan
ruparupa pertanda dan pertanyaan
pertanda yang membawamu menjauh
pertanyaan yang memaksamu mengaduh

tidakkah
kau merasa sesak seperti bis kota
sekaligus tua dan cemong persis kereta mati langkah
yang disemaki belukar di jatinegara ?

sore tidak pernah berubah
orang-orang
pulang
dan sebuah badai dimulailah

kita berebut jalan sembari menyampirkan kegelisahan
di pohon pohon ranggas yang menunggu ditebang

kau kadang, nyaris selalu, kutahu
lebih ingin matihilang
dan menyaksikan kuku-kukumu menjelma kunangkunang
menyenangkan hati bocahbocah lugu
memilih dijebak di kelambu
ketika malam masih belum berlampu

Kamis, 01 Januari 2009

desember tigasatu

ada paku
di kepalaku

ada batu
di matamu

tutup tahun yang gagu