aku tahu kau masih menungguku di balik pintu, Nin
setelah anak anak pergi tidur
dengan kelelahan yang kau pilin pilin menjadi simpul
tapi kau tahu malam ini pun aku tak bisa pulang, Nin
terlalu terlambat untuk mengenali senja senja yang pernah kujanjikan
ketika hari masih sangat siang dulu
atau tentang bibit bibit ikan hias
dan tunas pisang yang kubawa dari gunung lemah kepadamu
ah, rumput macam apa yang sudah menumbuhi pelataran, Nin?
masihkah kau kesulitan menutup jendela di waktu malam seperti waktu kutinggalkan berpuluh purnama yang lalu?
sedangkan aku sudah lupa hari
dan menyerah untuk mengeja kata
rumah
maka biar kulipati nama anak-anak kita
-yang kian terasa payau di ujung lidah-
lalu kuselipkan di antara bilik bilik bedeng
dan kutabung bersama kesunyian..............
Selasa, 27 November 2007
Sabtu, 03 November 2007
lebam (ku) ungu
aku mendengar pertanyaanku patah
meninggalkan lebam ungu pada seleret suar
sedang tergeragap dikepung udara
yang sudah tua
maka aku remuk
terjebak bentuk
sebagai remah remah
lupa arah
sedang kau tiup dari atap jauh di atas tanah
jatuh tanpa terdengar sesiapa
tak sisa jejak apa apa
selain sebagai si terlambat
yang tak pernah sempat
tinggal warna biru masih terjebak di ketinggian
menunggu kau tiup
kemudian
Langganan:
Postingan (Atom)