Minggu, 16 Desember 2007

relokasi

kemudian adalah kehitaman air selokan menggenangkan nyanyian nyanyian yang tidak pernah lelah kita sembahyangi

cuma suaranya surut,
bersama deru tanah urug,
gerobakgerobak dilempar ke truk


dinistakannya bakal tanak nasi besok
dipagari mimpi anakanak kita dengan lembarlembar seng rongsok

mereka jugakah yang sudah meminyaki langit sehingga doadoa jadi terlalu licin di tanganNya?

Senin, 10 Desember 2007

aku pusing mendengar pintu dibanting. mungkin aku bercitacita untuk tuli. anakanak itu, tidak lama lagi akan ikut membenci telinga mereka. siapa yang mengawali kebencian yang sekarang jadi sebesar ini? aku sudah memilih bisu untuk tidak memercikkan api, tapi apa gunanya ketika lebih banyak orang yang senang bermain pemantik dan petasan? dalam gelap yang seperti apapun, aku bisa mengenali setiap dari mereka hanya dengan mendengarkan langkah kakinya, tapi hanya sebatas itu. aku tidak bisa memahami lebih... sepuluh kali musim pacet bukan waktu yang sebentar, ternyata tidak cukup untuk menjadikan kita mengerti, apalagi untuk jadi terbiasa. aku bahkan sudah payah hanya untuk mengatakan aku lelah, sudah bengkak menahan marah, sudah mual menelan katakata, sudah sangat sakit kepala untuk purapura lupa. aku kuat kadang, aku lemah kadang, mungkin aku sudah jadi begitu tak terpahami bagi dunia yang sangat abai ini?
aku benci kemarahan, hanya itu.
apanya yg kurang jelas?
untuk beberapa hal, tidak tahu kenapa aku bisa sangat tabah (keukeuh untuk tetap diam&tidak merubah keadaan mungkin tepatnya), tapi kadang kesabaranku begitu tipis untuk hal hal yang sangat sepele. Bukankah itu aneh? Tapi aku tetap bersikeras menyebut itu sebagai "keseimbangan"
haaaa....

hari hari yang ngungun......


Kemarin kemarin, aku pulang sebagai tanaman yang kehabisan humus, dan ketika sampai ternyata kemarau sudah membuat semuanya mangkrak. Pikiranku jadi semakin cupet. Berbicara dengan cermin sudah tidak menyembuhkan.
Aku yakin aku hanya harus pergi, pergi, pergi......
lalu ketika aku rindu perasaan ingin pulang itu, aku hanya harus melakukan sesuatu yang sangat melelahkan, atau mencapai sesuatu yang sangat besar, atau pergi yang sangat jauh.....

(coba dengar, "hanya" tapi "harus" dan "sangat" katanya??? beuh!!)

setapak yang hilang

aku menemukan setapak yang hilang pada angin ribut di matamu
belokan dan persimpangannya sengkarut benar!
habisi saja aku lewat televisi yang kau pukuli setiap hari
serapah yang memekakkan semua lubang

-kebencian yang kau unduh dari kolong tanpa bayangbayang-

lalu aku akan kembali pada gambargambar hitam putih dan pensil tumpul
bersimpul mati dengan tungku dan timba
bersama batubatu di belakang rumah menyambit awan awan rendah

biar!

hari sudah malam

aku lelah mendengar keluh bulan yang kehilangan wajah
sedangkan kau masih bersikeras melucuti perjamuan yang dingin

beberapa catatan musim menguning di dinding
beberapa terserakseruak sebagai lembarlembar asing
: ingatan ingatan yang menunggu dilempar ke perapian

tapi tetap akan kutuangkan limun,
air hujan yang asam
dan nanah di cawanmu
meski cuma untuk kau tumpahkan pada malam yang pingsan

oh, aku rindu menjadi ombak pada teluk yang mendamparkanmu bersama cerita dari negeri jauh

Selasa, 27 November 2007

surat untuk Nin

aku tahu kau masih menungguku di balik pintu, Nin
setelah anak anak pergi tidur
dengan kelelahan yang kau pilin pilin menjadi simpul

tapi kau tahu malam ini pun aku tak bisa pulang, Nin
terlalu terlambat untuk mengenali senja senja yang pernah kujanjikan
ketika hari masih sangat siang dulu
atau tentang bibit bibit ikan hias
dan tunas pisang yang kubawa dari gunung lemah kepadamu

ah, rumput macam apa yang sudah menumbuhi pelataran, Nin?

masihkah kau kesulitan menutup jendela di waktu malam seperti waktu kutinggalkan berpuluh purnama yang lalu?
sedangkan aku sudah lupa hari
dan menyerah untuk mengeja kata
rumah

maka biar kulipati nama anak-anak kita
-yang kian terasa payau di ujung lidah-
lalu kuselipkan di antara bilik bilik bedeng
dan kutabung bersama kesunyian..............

Sabtu, 03 November 2007

lebam (ku) ungu

aku mendengar pertanyaanku patah

meninggalkan lebam ungu pada seleret suar

sedang tergeragap dikepung udara

yang sudah tua

maka aku remuk

terjebak bentuk

sebagai remah remah

lupa arah

sedang kau tiup dari atap jauh di atas tanah

jatuh tanpa terdengar sesiapa

tak sisa jejak apa apa

selain sebagai si terlambat

yang tak pernah sempat

tinggal warna biru masih terjebak di ketinggian

menunggu kau tiup

kemudian

Rabu, 31 Oktober 2007

katakatamu (habisku)

lariklarik itu sudah menjelma semacam suamsuam kuku yang tak ingin

moksa dalam remang tak terpermanai

noktah yang dibaca sebagai tanpa

tak rasa akan apa


Selasa, 30 Oktober 2007

kabut dan belukar

dan malam lisut

dalam kepalan tangan yang raguragu.

sementara kekinian hanya keteringatan keteringatan palsu,

aku memilih mengamini kabut

dan jatuh cinta pada belukar.................




271017
kudapati ada yang sengaja tersesat lagi, demi sesuatu yang memanggilmanggil seperti keriut derit pintu rumah ibu,
mungkin rindu?
padahal telah amat dangkal ceruk itu.
dua tahun kemarin, dengan tanganku sendiri kutumpahi lubuk ingatanku dengan bertruk-truk alasan dan kejadian yang dengannya kupikir sudah tak sisa ruang untuk mengingat-ingat lagi.
tapi sekarang,
inikah aku berdiri linglung di sini?
di kekeringan yg kuciptakan sendiri?

ada waktunya untuk tidak mengerti
: aku ini sedang tersesat
atau sedang pulang......?

Rabu, 24 Oktober 2007

ah! mimpiku jatuh

sepanjang musim,


pikirku adalah kursi kayu yang tertekuk

sendiri saja mengakrabi dinginnya rasa lantai yang kikuk

tanpa angin, cuma segera berdebu dan mengantuk

dan ah! mimpiku jatuh!

selamat pagi

pun penggembala angin itu, semoga sudah juga meniupmu

dengan hembusan tak kasat matanya

yang membekukan mimpi-mimpi sebagai bongkahan es batu

dan akan leleh oleh matahari mangsa ke tiga

(biar aku tidak gigil sendiri pagi ini)

120706

0639

prelude perjalanan

jalan ini seragu petilasan mimpi

yang senja oleh silau sesiangan

segala yang nampaknya seperti ujung

ternyata hanya terus menikung

kelak kupunguti dedaun lelah

yang jatuh tanpa suara

-yang padanya kutitipkan lupa dan ingatan atas apa saja-

kemudian kusemat pada rerumputan kering ditepinya

dengan pulut pohon nangka

(mungkin salah sedikit pulut itu luput dari tanganku dan melaluimu?)

230607

1632

apa yang disebut pulang?

apa yang disebut pulang?

perkamen terakhir sebelum pemakaman?

waktu yang ditelikung kehitaman tak berpintu?


140607

1001

mungkin,

mungkin aku hanya ingin bercakap denganmu

melarut pada tawa yang riuh rendah

juga pada segala sedu dan keluh kesah

mungkin aku hanya ingin bercakap denganmu

dibeku pagi atau pekat gerhana yang berjelaga

mungkin aku hanya ingin bercakap denganmu

bahkan jika itu hanya dalam diam yang tak teraba-rasakan

130607

2328

Kamis, 11 Oktober 2007

kau, koma-ku

aku percayakan beberapa percakapan yang tak pernah dilunaskan dengan ratusan malam pada belukar.

segera aku mati batu memunggungi senja dan lampion lampion mengabu semaumaunya.

padanya mengada (mu) sebagai koma,,

111007

08.03

Senin, 01 Oktober 2007

lalu dengan apa

Pahamkan aku akan ketaksudahan sajak sajak mendedah kepekatan nanah atas luka usia lalu membedaki mimpi mimpi kuyu pada sebuah kenisbian cerita yang terdengar jauh

Aku tahu kau hendak sudah, mencermati isyarat setengah mati yang tak tertelaah lalu dengan apa harus kukemasi kata kata dan air
dari mata yang lelah biar tak mudah tumpah?

300907

23.05

Minggu, 30 September 2007

(siang terik di jalan menteri supeno)

kemudian merupalah aku seringan daun

dilentingkan angin timur

mungkin jauh,

tapi semoga sampai

pada kerimbunan yang mengistirahkanmu


Sabtu, 29 September 2007

lihat ke bulan saja

Sebenarnya aku hanya ingin mengirimkan warna warna matahari yang diperangkap lokan lokan di lubuk, tapi aku cuma beku melihatmu menangkapi kerapu kerapu kecil yang berenang renang mengeruhkan dangkalan waktu (ku)

Lalu hanya ada batu kali, tidak terserak lokan lokan, tidak terperangkap selain warna warna kepunyaan malam. Seperti mimpi aku mendengarmu : “ Ssshh, tidak apaapa.. tidak apaapa.. lihat ke bulan saja.”

280907

16.17

Senin, 17 September 2007

perlawatan angin

siang tadi, aku titipkan guguran bunga jambu pada perlawatan angin (bila, ia sampai dan berjatuhan dirambutmu?) lalu pulanglah ia dengan kekaburan yang sama, hidup tak lagi punya tanda, katanya.

Suatu hari kau lewati pintu yang nampak seperti tanda seru atau yang padanya bergantung tanda kabung, kau tau siapa disebaliknya, dengan bunga jambu yang telah jadi coklat tua. Begitulah kesunyian diselesaikan.

Rabu, 05 September 2007

perkabungan angin

Pada sebuah pekuburan angin aku duduk

Sehembusan lagi mati sore ini

Kuziarahi dengan kertas kertas dari buku cerita tentang danau dan burung manyar

Biarkan jam dinding itu tetap terbalik agar aku tak malas menanyakan waktu pada jarum bunga tapak dara

Meniupnya membantuku merasakanmu

Akan kudermakan lagi ratusan halaman Para Priyayi

Sepagian besok akan banyak yang mati

Maka pada sebuah pekuburan angin aku (selalu ) kembali

040907

1931

Minggu, 26 Agustus 2007

Bersitatap dengan gubug penceng yang jauh
Gelap menjadi terlampau akrab untuk dibahasakan dengan jarak
Dan maklumat tentang mata angin yang kaku berkarat.
Bukankah ngilu itu masih keras kepala
Seperti batuk laki-laki tua?

Senin, 16 Juli 2007

mari biarkan gerimis mencatat

ketika kau menekuri semburat siang yang kalah

mangkat dalam searakan mendung tak terarah

percayalah,

padaku ada awan basah yg menggerimiskan hujan dengan ragu ragu

akupun mengalah untuk tersesat

pada keteringatan akan potongan bulan yang kau bilang seperti semangka

persinggahan persinggahan tanpa air dan mukena

bayangan warung warung dan lampunya yang lelah jatuh pada riak kali yang dangkal lalu cuma jadi kilau kilau samar mengalir entah

ke hilir yang mana

padanya ada keruh

dengan enggan disembunyikan malam

maka tinggal menunggu waktu di mana kita akan lupa pada

bau sisa kembang api yang tak kentara

di sudut yang bukan kepunyaan siapa siapa

pun hanya risau, gerimis berubah menjadi desau

pun hanya resah, dan hujanpun gerah

dengar : ada yang harus menunggu gelap

hanya untuk jadi sedikit terlihat indah

sebagai bukan sampah