musim pacet kesepuluh
kau masih berdiri berpayung dengan almanak cacat di tangan
menunggu perempuan kena hujan membawakan rumput teki
dan guguran bunga akasia yang menguningkan jalan jalan
ada yang menumpahkan jejak hujan dari pepohonan di atasmu
: itukah kau,
menyamar sebagai angin lagi, sayang?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar