Rabu, 18 Maret 2009

bukan rindu

tak pernah lebih dari sedetik dua kita bersitatap
selalu lebih dari cukup untuk menyepakati jarak
kau tanam batubatu di seluruh rumah
beberapa tumbuh di telinga dan kau kunci di belakang lidah
ada api
pada tiap kata yang kau pilih

di luar segalamu yang tak berpintu
aku duduk memeluk kotak tissue

9 komentar:

Unknown mengatakan...

wah indahnya puisinya jeng,..

Anonim mengatakan...

@ doa di putik kamboja :

o ya? terimakasih, ndu :)
aku tunggu ceritamu dari solo, sekalian bawain antologi nya satu buatku, boleh? :D

Unknown mengatakan...

orang ini di solo pacaran koq. hehe,.. masih lama jeng.

Anonim mengatakan...

Hello!
Salam kenal dari Dili, Timor-Leste!

Menarik membaca puisi-puisi anda.

Salam,
ABE BARRETO SOARES

Anonim mengatakan...

@ ade bareto soares :

hai, salam kenal ade.
trimakasih sudah sampai sini. :)

hati yang penuh Cinta mengatakan...

kau tulis:

ada api
pada tiap kata yang kau pilih

>engkau sudah pernah sempat merasakan betapa dingin panasnya, betapa biru merahnya. oh, mengapa tapi tetap juga memilih Berani senantiasa di sini eL?

eL mengatakan...

@ hati yan penuh cinta :

sebab :
inilah "belok kiri sambil bernyanyi-nyanyi" yang kupilih :)

KY mengatakan...

whaaaw .. sebuah keberanian ..
nice poem ..
kembali mengunjungimu
setelah sekian waktu

Ariza mengatakan...

puisinya sangat indah, eL... indah dan sendu.