Minggu, 21 September 2008

perempuan kaki langit

ia bisu,
seperti waktu

diberati belenggu di kaki,
memaksa melihat kepada langit
menahan payung dari amuk angin barat
demi nyala bulan kembar tiga di tangan kanannya

perempuan pasi dengan senyum sempurna
perempuan masai dengan duka tanpa purna

ia luka,
seperti waktu

: mencintai batu

12 komentar:

Kurniawan Yunianto mengatakan...

seperti waktu
kekal, selalu ?

Anonim mengatakan...

@ bang iwan :

ya, bang Iwan :), seperti waktu.

Anonim mengatakan...

Aku perhatikan sajak-sajakmu belum juga beranjak dari tema-tema personal yang meski sungguh menawan dalam bentuk namun masih suwung karep selain "nguda rasa". Meski begitu, teruslah menulis. Siapa tahu, suatu hari kelak, lahir sajak-sajak yang lebih dewasa. Dan, tentu saja, memungkinkanmu tercatat sebagai salah satu wanita penyair di Semarang. Cobalah berkirim sajak ke media massa.

Anonim mengatakan...

@ anonim :

terimakasih, sangat terimakasih.. :)

HANDRY TM mengatakan...

hanyut aku membacamu...

Anonim mengatakan...

@ handry tm :

sangat terimakasih sudah sedia singgah di sini :)

Ka-el mengatakan...

wauw!! hehe..gw penggemar rasa. Ada rasa lain di puisi mu, yang bikin lidah gw sedikit beda hari ini. thanks ya..

eRniTa GaYaTRi mengatakan...

eiy, puisinya keren...
salam kenal ;p

Anonim mengatakan...

@ ka-el :

hai, penggemar rasa. puisi apa benar bisa kau kecap kecap di lidah ?
salam kenal :)


@ rnit :

eiy, rnit,
salam kenal juga :)

Anonim mengatakan...

@ ka-el :

hai, penggemar rasa. puisi apa benar bisa kau kecap kecap di lidah ?
salam kenal :)


@ rnit :

eiy, rnit,
salam kenal juga :)

cahpesisiran mengatakan...

diobati dong lukanya..

dalam nie puisinya

Anonim mengatakan...

@ cah pesisiran :

oh ya ?
dalem ? hmm....