bulan tak pernah selamat sampai subuh.
cuaca sedang sulit, katanya.
gambargambar jatuh.
angin berkesiur tajam tibatiba.
sampai di lantai keduanya mati bersama.
siapa itu, mengunci mereka di laci kedap udara.
aku memecah diri lebih renik dari debu
: menjadi hantu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
11 komentar:
endingnya kok hantu ?
lalu segera kusiapkan
dupa dan kembang
untukmu
:hantu
:D
akh,.. hantu2 menyeruak di ujung mataku. serupa debu. mengganjal. salah satu serupa dirimu.
el jangan jadi arwah penasaran ya.
hihihihi,.. takut.
@ ely, sayurs, doa di putik kamboja :
ya ampun. saya bukan "hantu"..
ah, tapi bukankah kadang kita memang seperti hantu? beda di sifat materi dan frekuensi saja toh? :)
sedikit berbau jokpin, el. benarkah begitu?he2.
@ haris :
oh ya? hmm.. padahal sudah lamaaaaa sekali nggak baca jokpin, saya :)
puisimu ini sangat hebat kalau tanpa baris terakhir itu. aku sangat kagum padamu!
sungguh Puisi yang entah bagaimana mulanya membuatku sedih eL. tetapi, sebagai sediakala, sepelingsirnya sungguh senantiasa yang dilahirhadirkannya adalah rasa Bahagia. engkau, pasti, faham..., kerna pernah sempat ~dan semoga masih~ dipeluknya. erat dan hangat, bukan?
@ steven :
oh ya? terimakasih steven :)
@ anonim :
masih. selalu, semoga. :)
>n9
Nice..hunyy
@ anonim ; eeerr.... siapa ya?
Posting Komentar